Sabtu, 16 November 2013

Naibul Fail

          Naibul fa’il adalah isim marfu yang terletak setelah fi’il majhul dan menunjukkan sesuatu yang dikenakan perbuatan. Naibul fa’il disebut naibul fa’il karena pada asalnya naibul fa’il adalah maf’ul bih (objek), namun karena fa’ilnya dihilangkan, maka maf’ul bih tadi menggantikan posisi fa’il, sehingga disebut naibul fa’il (pengganti fa’il)
 Contoh : كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ (kutiba alaikumusshiyaamu)=diwajibkan atas kalian berpuasa
 Kata الصِّيَامُ isim mufrod, marfu dengan dhommah, sebagai naibul fa’il karena setelah fi’il majhul Asalnya كَتَبَ اللهُ عَلَيْكُمُ الصِّيَامَ (kataballahu alaikumusshiyaama)=Allah mewajibkan atas kalian berpuasa Kata الصِّيَامَ isim mufrod, manshub dengan fathah, sebagai maf’ul bih
               Perbedaan yang mencolok dengan fa’il, jika fa’il didahului fi’il ma’lum, adapun naibul fa’il didahului fi’il majhul. Sama halnya dengan fa’il, naibul fa’il dapat berupa Isim dzhohir (bukan dhomir) Contoh : قُرِأَ الْكِتَابُ (qurial kitaabu)=buku dibaca Kata الْكِتَابُ isim mufrod, marfu dengan dhommah sebagai naibul fa’il karena terletak setelah fi’il majhul. Isim dhomir خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (khuliqo min maain daafiqin)=dia diciptakan dari air yang dipancarkan Kata خُلِقَ mengandung dhomir هو yang merupakan naibul fa’il dari fi’il majhul di atas. Dari hal ini menunjukkan fi’il majhul mempunyai tashrif lughowi sebagaimana dengan fi’il ma’lum. Adapun perubahannya sebagaimana fi’il ma’lum, namun dimajhulkan (cara memajhulkan fi’il ma’lum sudah dibahas pada pelajaran sebelumnya).

 Ketentuan-ketentuan naibul fa’il

 1. Naibul fa’il selalu marfu dan terletak setelah fi’il majhul, baik secara langsung atau diselingi kata lain. Contoh : قُرِأَ الْكِتَابُ (qurial kitaabu)=buku dibaca كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ (kutiba alaikumusshiyaamu)=diwajibkan atas kalian berpuasa
 2. Jika naibul fa’il berupa isim mufrod, mutsanna atau jamak, maka fi’il majhulnya tetap dalam keadaan    mufrod.      
      Contoh : قُتِلَ كَافِرٌ (qutila kaafirun)=seorang kafir terbunuh قُتِلَ كَافِرَانِ (qutila kaafirooni)=dua orang kafir      terbunuh قُتِلَ كَافِرُوْنَ (qutila kaafiruuna)=para orang kafir terbunuh
 3. Jika naibul fa’il berupa isim muannats atau mudzakkar, maka fi’ilnya juga harus muannats atau            mudzakkar. Contoh : كُتِبَتْ رِسَالَةٌ (kutibat risaalatun)=surat ditulis
  4. Fi’il wajib muannast jika
      • Naibul fa’il berupa isim dhohir yang merupakan muannast haqiqi yang bersambung dengan fi’il
         Contoh : لُقِبَتْ فَاطمَةُ بِالزَّهْرَاءِ (luqibat faatimatu bizzahrooi)=fatimah diberi gelar azzahro
      • Naibul fa’il berupa dhomir yang kembali kepada isim muannast
         Contoh : وَ اِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (wa ilassamaai kaifa rufi’at)=Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dalam           kata رُفِعَتْ terdapat dhomir هي yang merupakan kata gantiالسَّمَاء. 5

. Fi’il boleh muannast atau mudzakkar jika
 • Naibul fa’il berupa isim muannast haqiqi yang terpisah dari fi’ilnya atau diselingi oleh isim yang lain.
    Contoh : قُتِلَ فِي السِّجْنِ سَارِقَةٌ (qutila fissijni saariqoh)=pencuri perempuan dibunuh di penjara
 • Naibul fa’il berupa muannats majazi
    Contoh : رُفِعَتِ السَّمَاءُ /رُفِعَ السَّمَاءُ (rufi’atissamaau/rufi’assamaau)=langit ditinggikan
 • Naibul fa’il berupa jama’ taksir Contoh : أُقِيْمَ الْمَصََانِعُ/أُقِيْمَتِ الْمَصََانِعُ (uqiimul mashooni’u/uqiimatil          mashooniu)=bangunan-bangunan ditegakkan 

 Catatan : 
         Naibul fa’il pada dasarnya adalah maf’ul bih, sehingga ketika terdapat fi’il muta’addi yang membutuhkan dua maf’ul bih (objek), maka maf’ul bih pertama menjadi naibul fa’il, sedangkan maf’ul bih kedua tetap menjadi maf’ul bih.
 Contoh : أَعْطَى مُحَمَّدٌ الْفَقِيْرَ ثَوْبًا (a’tho muhammadun alfaqiiro tsauban)=Muhammad memberikan orang fakir baju menjadi أُعْطِيَ الْفِقِيْرُ ثَوبًا (u’thiyal faqiiru tsauban)=orang fakir diberikan baju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar